Pias wajah terbata hanya pada simbol keberduaanmu yang mencoba memutar horison di muka jantera,,
lihat saja bumi melirik dengan bola matanya mengelam menunjuki hatinya yang marut
urungkan niatmu,,tatap sendau gurau kita,,,lalu rekam perlahan belai demi belai elusku,
senada pucuk daun bambu gemerisik membisik mengusik merakit mimpimu semalaman
aku bukan semata-mata perempuan yang butuh buaian
aku bukan semata-mata perempuan yang hanya mencintaimu di permukaan bayang.....
di balik butiran kerikil yang kau pijak,,niatan itu tertanam sungguh
bukan pada cakarwala kau luaskan pandang angkuh
seakan jiwamu menghitung teguh
di jemari rapuh…
aku bukan semata-mata perempuan yang menari di sudut kelambumu dan menyulamkan hiasan bunga-bunga di taplak meja makanmu,,
aku bukan semata-mata perempuan yang mengeja namamu dengan artikulasi yang serupa gumam….
Usai kau menerjemahkan,
Elegi di pinggir bukit saat senyumku kau paksa terbuang di dasar jurang
maafkan aku karna kuterusi aku menanam bunga-bunga
petik saja mataharimu sendiri lalu sematkan di jantungmu
oleh karena hari ini indah,,aku kan menangis sepuas-puasnya
dan jangan coba ulurkan sapu tanganmu
tidak kan berarti apapun sebelum kau jadi raja dalam benakku
kau telah dan akan selalu menjadi kekasih
saat kau menyisipkan segumpal kata “ I Love U “ atau tidak
aku adalah perempuan dalam tanda titik
aku adalah perempuan yang sepenuh-penuhnya mengikhlasi tubuh dan hatiku dalam tanda titik
( cukup bawa matamu, melirik di tepian telaga, kumandikan cintaku disana )
Arhiend Prayoga
Senin, 22 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar